Telah diketahui, bahwasanya Operasi Tinombala telah tiga kali diperpanjang di tahun 2020 dengan target untuk menyelesaikan sejumlah kelompok teroris yang masih beredar di Sulawesi Tengah. Teroris dengan nama kelompok MIT tersebut rupanya telah diduga terlibat dalam membuat teror di Sigi. Masa satgas Operasi Tinombala seharusnya sudah berakhir pada 30 September 2020 lalu, sayangnya Operasi Tinombala harus diperpanjang hingga 31 Desember 2020 karena masih ada 13 orang yang berasal dari kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT yang dipimpin oleh Ali Kalora.
Telah ditetapkan bahwasanya Ali Kalora telah menjadi DPO atau Daftar Pencarian Orang yang sangat diincar oleh sejumlah aparat keamanan di Sulawesi Tengah. Dari antara DPO itulah yang telah diklaim oleh aparat kepolisian sebagai pelaku dalam sebuah kejadian sadis dan keji, pada Jumat, 27 November 2020 yang telah menewaskan empat orang dalam satu keluarga di Dusun Tokelemo, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Hingga Sabtu 28 November 2020, pada malam hari, rupanya warga yang berada di lokasi kejadian masih mengungsi demi keamanan diri di masjid atau di gereja yang akan dijaga ketat oleh aparat keamanan polisi dan TNI.
Sementara untuk aparat yang telah bergabung dalam Operasi Tinombala tersebut telah dinyatakan dalam kondisi pengejaran pelaku yang diduga adalah anggota dari kelompok MIT. Selaku Kapolda Sulawesi Tengah, yakni Irjen Abdul Rakhman Baso memberikan keterangan kepada sumber BBC Indonesia dan telah menjelaskan bahwa dalam kejadian yang keji tersebut ada empat orang yang telah menjadi korban pembunuhan, ialah pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam keadaan sangat mengenaskan. Jenazah korban yang telah tergeletak begitu saja akhirnya dimakamkan oleh sejumlah aparat keamanan dan sejumlah warga di desa tempat mereka tinggal.
Berdasarkan sebuah keterangan dari Saksi yang dikumpulkan oleh aparat kepolisian, pada hari Jumat, 27 November 2020, sekitar pukul 09.00 WIT, datanglah delapan orang yang tidak dikenal di lokasi transmigrasi tersebut. Delapan orang tersebut langsung memasuki rumah korban dan melakukan penganiayaan, hingga menyebabkan keempat orang tersebut meninggal dalam cara yang mengenaskan. Bukan hanya itu saja, perbuatan dari delapan orang tersebut ternyata telah menyebabkan enam rumah terbakar habis. Terdapat Sembilan KK atau sekitar 50 orang yang berasal dari berbagai suku yang telah tinggal di lokasi transmigrasi tersebut.
“Saya luruskan tidak ada gereja satupun yang dibakar. Bukan gereja. Hanya ada satu rumah yang dipakai untuk melayani umat,” kata Kapolda dalam menjelaskan kronologi kejadian teror di Sigi. Orang yang tak dikenal ini, disebut sebagai Kapolda, telah mengambil sekitar 40kh beras dan telah membakar satu kendaraan bermotor. Kepada para saksi, polisi kemudian langsung memperlihatkan foto dari pada DPO terduga teroris MIT, salah satunya adalah Ali Kalora yang disebut sebagai pimpinan kelompok teroris MIT. Menurut Kapolda, Sulawesi Tengah, saksi kemudian telah membenarkan hal tersebut. “Sehingga kita hanya menjustifikasi saja, bahwa pelaku adalah benar dari kelompok teroris Ali Kalora,” jelas Kapolda Sulawesi Tengah, yakni Abdul Rakhman Baso. Lantas, apakah motif yang dilakukan oleh kelompok teroris MIT? Berikut adalah penjelasannya:
Motif Teror Sadis Di Sigi Yang Menewaskan Beberapa Warga
Dalam sebuah wawancara melalui hubungan telepon, Kapolda telah menjelaskan bahwasanya keluarga yang telah tewas dan menjadi korban tidak memiliki perselisihan apapun dengan kelompok MIT sebelumnya. Saat terjadinya sebuah penganiayaan, akhirnya mereka yang tewas dan mereka tidak mengucap kata-kata apapun. Kapolda telah mengatakan, “Prediksi kita kejadian bahwa ini merupakan sebuah tindakan balas dendam karena pada 17 November lalu kami telah melumpuhkan dua orang dari kelompok MIT mereka yang selama ini masuk dalam daftar DPO,” kata Kapolda.
Operasi Tinombala telah dilakukan tiga kali perpanjangan di tahun ini dengan tujuan dan target dapat menyelesaikan kelompok teroris dari MIT yang dipimpin oleh Ali Kalora. Masa tugas satgas ini seharusnya sudah berakhir pada 30 September lalu, namun akhirnya harus diperpanjang lagi pada 31 Desember karena masih ada serangan dari 13 orang kelompok Ali Kalora yang telah menjadi DPO. Ali Kalora, merupakan seorang ‘petinggi’ yang tersisa dari sebuah kelompok militan Islam yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah, semenjak Santoso atau Abu Wardah telah tewas dalam sebuah penyergapan yang dilakukan aparat keamanan pada 2016 lalu.
Dia juga telah ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut dan menyusul diringkusnya pentolan yang sama, yakni kelompok Indonesia Timur (MIT) Basri, atau Bagong di tahun yang sama. Mantan Deklarator Perdamaian Malino, yakni Pendeta Rinaldy Damanik, dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 28 November 2020, mengatakan bahwasanya kebenaran mengenai pelaku yang membuat teror di sigi tersebut adalah kelompok MIT. Ia telah menyimpulkan bahwasanya satuan Satgas dari Tinombala belum berdaya dalam mengatasi kelompok teroris tersebut.