Sudah 10 bulan lamanya, sejak kasus virus Corona alias wabah mematikan ini telah diidentifikasikan di Wuhan, China, hingga pandemi kian menyebar ke berbagai negara, termasuk negara Indonesia. Kasus demi kasus mengenai infeksi virus Corona pun masih terus saja melonjak tajam hingga menyebabkan banyak perubahan dari kenormalan sehari – hari. Dampak merugikan dan menyebabkan kepanikan pun terjadi dimana – mana. Dibandingkan suatu wabah yang pernah terjadi di dunia, virus Corona menjadi salah satu wabah yang paling merugikan dan menakutkan. Dalam jangka waktu 10 bulan itulah rupanya banyak hal yang terjadi.
Ekonomi yang menurun dan terus menurun, kepanikan yang terjadi, kekhawatiran, dan ketakutan. Sebagai pemerintahan Indonesia yang kian mengatur masyarakat Indonesia pun melakukan berbagai macam upaya untuk memberantas virus yang mematikan ini. Bantuan pemerintahan pun diselenggarakan hingga solusi dan saran terbaik untuk memberantas rantai virus yang mematikan ini. Sayangnya hingga saat ini pun belum ada yang mengetahui mengenai infeksi akan kasus virus Corona tersebut. Beberapa orang dapat mengalami sebuah gejala, namun hanyalah gejala ringan yang dirasakannya.
Sedangkan sebagian orang lagi mengalami suatu gejala yang berat hingga membahayakan jiwa. Ada sejumlah orang yang berpendapat bahwasanya hal tersebut terjadi dengan perbedaan kondisi.
Mulai dari berat badan yang turun drastis, hingga suatu riwayat penyakit tertentu yang dimiliki. Dilansir dari sumber Kompas.com, rupanya baru – baru ini sudah terkuak sebuah hasil dari penelitian yang melakukan studi mengenai virus yang mematikan ini. Para peneliti telah menduga bahwasanya perbedaan genetic tertentu dapat menyebabkan suatu perbedaan kondisi gejala yang dirasakan saat telah terinfeksi virus Covid – 19. Bukan hanya itu saja, peneliti pun mendapatkan hasil lain yang mengejutkan. Berikut adalah ulasannya:
Penelusuran DNA Infeksi Virus Corona
Melansir dari sumber The Guardian, pada Minggu, 1 November 2020, perbedaan suatu tingkat keparahan gejala orang yang terinfeksi virus Covid – 19 terkait DNA ini rupanya tengah ditelusuri oleh peneliti melalui studinya. Peneliti telah meyakini bahwasanya penelusuran tersebut dapat menjadi sebuah jalan untuk mengembangkan obat baru dalam mencegah berbagai dampak yang buruk dari virus Corona yang mematikan ini. Studi yang telah dilakukan oleh peneliti pun telah dilakukan termasuk dengan penelitian terhadap identifikasi interferon yang berperan penting dalam pertahanan tubuh seseorang.
Adapun, suatu uji coba yang menggunakan interferon sebagai sebuah pengobatan Covid – 19 juga tengah dilakukan oleh beberapa pihak. Selain itu, penelitian juga dilakukan dengan fokus pada sebuah gen yang lebih dikenal sebagai gen TYK2. Beberapa varian dari gen ini lah yang telah memicu beberapa penyakit pada autoimun, berupa rheumatoid arthitris alias RA, dan menjadi salah satu faktor yang dapat memperparah hingga menyebabkan suatu hal yang membahayakan tubuh nya bagi terkena infeksi virus Covid – 19.
Sebuah obat yang telah dikembangkan untuk RA inilah telah ditemukan, yakni Baricitinib, yang memiliki denominator genetik yang sama dengan virus Corona. Oleh karena itu, obat ini pun telah digunakan dalam sebuah uji coba klinis terhadap virus Corona. Pada bulan lalu, rupanya perusahaan farmasi, yakni Eli Lilly, telah melakukan uji coba terhadap obat ini. Mereka telah mengumumkan bahwasanya hasil awal yang telah menunjukkan obat dapat membantu sekaligus meringankan pasien yang terinfeksi virus Covid – 19 untuk pulih kembali. Menurut ahli, studi sebuah gen ini rupanya penting dilakukan agar bisa memahami dampak dari varian gen didalam tubuh.
Peneliti tersebut pun rupanya dapat dijadikan sebuah pedoman yang ditujukan untuk menemukan obat yang dapat mencegah infeksi menjadi lebih parah dan bisa membantu pasien. “Kabar buruk (yang harus diterima), adalah butuh waktu hingga bertahun – tahun untuk melakukan eksperimen ini dan menemukan obat yang tepat dan aman. Kabar baik (yang harus diterima), adalah kemungkinan ada banyak peneliti yang tengah meneliti hal ini sehingga dapat mempercepat waktu penelitian,” kata Jeffrey Barret, yang menanggulangi program surveilans genom di Wellcome Sanger Institute.
Penelitian Lain
Selain itu, rupanya sejumlah penelitian telah diungkapkan dan dilakukan dengan cara – cara lain terhadap penggunaan studi genetik untuk melawan virus yang mengerikan ini, yakni Covid – 19. Dr Dipender Gill yang berasal dari Imperial College London beserta dengan koleganya telah menggunakan suatu data genetik untuk memprediksi bagaimana suatu intervensi yang berbeda dapat berdampak pada reaksi penyakit seseorang. “Kami melihat lima faktor yang berkaitan dengan adanya peningkatan risiko menjadi lebih parah saat mengalami gejala terinfeksi virus Covid – 19, yakni obesitas, tekanan darah yang tinggi, kolesterol, kebiasaan merokok, dan juga diabetes,” jelasnya.
Kemudian, jika dilihat apakah faktor – faktor ini dapat dijadikan suatu pedoman untuk menemukan suatu cara menurunkan risiko agar infeksi virus Corona tidak lebih parah hingga mengancam jiwa seseorang. Temuan ini mengindikasikan bahwa mengurangi berat badan dan tidak merokok akan mengalami sebuah dampak langsung dalam memperbaiki kesempatan untuk bertahan diri dari virus mematikan, yakni Corona.