Saat ini, seluruh dunia memang telah mengalami wabah yang mematikan sekaligus menyeramkan, yakni Covid – 19. Sejak awal bulan Maret kehadiran virus Corona di Indonesia, rupanya banyak sekali anggota keluarga yang merasa kehilangan keluarganya diakibatkan mengidap positif kasus tersebut. Secara perlahan – lahan, sejumlah hal tentang virus Corona yang pertama kali muncul di akhir tahun 2019 lalu rupanya telah diungkapkan oleh ilmuwan dunia, salah satunya adalah temuan terkait virus Corona. Bermacam penelitian dunia dilakukan oleh ilmuwan, diantara tujuan yang dilakukannya, adalah menginginkan pencegahan dan penularan kembali dari virus mematikan ini.
Mengutip langsung dari data Worldsmeters, Senin pada 19 Oktober 2020 petang, virus Corona ini rupanya telah menginfeksi sebanyak 40.336.005 orang dari seluruh dunia. Hanya berpaut beberapa bulan sejak kehadiran virus ini, rupanya sudah banyak korban yang berjatuhan dan terus berlanjut. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30.138.187 orang telah dinyatakan sembuh dari virus mematikan ini, sementara 1.118.880 orang telah dinyatakan meninggal dunia akibat virus Covid-19. Diungkapkan langsung dari sumber Kompas.com, rupanya kini penemuan telah mengolah sebuah temuan terbaru dan telah diungkapkan langsung. Lantas, penemuan apa saja yang di lakukan ilmuwan dan masih bersangkut paut dengan virus Corona ini? Berikut adalah ulasannya:
Temuan Terkait Virus Corona, Mutasi “Diam”
Deretan temuan terbaru di daftar pertama dari virus Corona, adalah sebuah temuan yang didokumentasikan langsung oleh tim peneliti dari Duke University. Ungkapan dokumentasi ini rupanya belum berlangsung lama dan telah menjadi perbincangan hangat banyak ilmuwan di dunia. Dari temuannya, mereka telah mengidentifikasikan sejumlah mutasi diam pada sekitar 30.000 huruf dengan kode genetic SARS – CoV – 2. Menurut peneliti dari Duke University, telah menyebutkan bahwasanya mutasi tersebut telah membuat virus Corona menjadi pandemic secara ruang lingkup global yang sulit untuk diberantas dan dihentikan.
Studi yang diterbitkan langsung di Jurnal PeerJ, pada Jumat 16 Oktober 2020, telah menyebutkan bahwasanya perubahan halus tersebut telah terjadi dan menunjukkan bagaimanakah virus itu dapat melipatgandakan molekul RNA di dalam sel manusia. Penulis utama dari penelitian tersebut, yakni Alejandro Berrio, telah mengatakan bahwasanya perubahan mengenai struktur RNA itu kemungkinan besar dapat membedakan SARS – CoV – 2 pada manusia dari berbagai virus lainnya. Oleh karena itu, pandemi Covid -19 ini lebih sulit untuk dikendalikan dibanding berbagai virus sebelumnya yang pernah melanda dunia.
Berpengaruh Pada Sistem Pendengaran
Salah satu gejala yang paling banyak dialami oleh pasien kasus positif virus Corona, adalah lama kelamaan kehilangan indra penciuman yang peka. Namun, sebuah studi terbaru telah diterbitkan langsung oleh JAMA Otolaryngology – Head and Neck Surgery, menunjukkan bahwasanya pasien Covid-19 tidak menutup kemungkinan akan mengalami gangguan pada indera pendengarannya. Professor Otolaringologi di John Hopkins Medicine, yakni Dr Matthew Stewart, dan para koleganya telah melakukan sebuah studi bahwa pada tubuh tiga orang yang telah meninggal akibat virus mematikan untuk melihat apakah virus tersebut berada di telinga bagian dalam.
Pada dua dari tiga kadaver, mereka telah menemukan bahwasanya virus Corona di telinga bagian dalam dan di tulang mastoid bagian tengkorak yang ada di belakang telinga. Meskipun mereka juga menemukan virus lainnya, tetapi Stewart telah mencurigai bahwasanya potensi yang disebabkan dari wabah ini bisa saja lebih buruk hingga dua kali lipat dari biasanya. Kemungkinan besar orang yang mengalami gejala virus Corona akan kekurangan indera pendengarnya dan lama – kelamaan akan terus menyebabkan masalah pada organ pendengaran.
Bertahan 28 Hari Pada Uang Kertas Dan Layar HP
Laporan penelitian dari Badan Sains Nasional Australia, di beberapa waktu lalu telah menunjukkan bahwasanya virus Corona ini bisa bertahan pada suatu permukaan. Seperti uang kertas, layar hp, dan baja tahan karat. Virus Corona yang telah menempel di permukaan tersebut akan terus bertahan hingga 28 hari lamanya. Studi yang telah dipublikasikan dalam Virology Journal itu berdasarkan atas sebuah percobaan pada suhu 20 derajat Celcius atas suhu kamar dengan keadaan yang gelap.
Untuk pengujiannya pada benda yang memiliki pori seperti lembaran kain, peneliti telah menemukan bahwa virus Corona ini bisa bertahan di permukaan tersebut hingga 14 hari. Disebutkan juga, bahwa virus Corona akan berhenti menginfeksi dalam 24 jam lamanya di suhu 40 derajat Celcius pada beberapa permukaan. Selain itu, virus Corona juga dapat terbunuh oleh paparan sinar UV langsung pada suatu benda.
Efektivitas Remdesivir
Baru – baru ini, rupanya sebuah studi telah dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, yakni WHO, telah menyebutkan bahwasanya remdesivir tidak memiliki efek substansial pada peluang hidup pasien virus Corona. Temuan tersebut didapatkan setelah WHO telah menguji secara langsung dari 11.266 pasien Corona yang telah dirawat insentif di rumah sakit.
Temuan terkait virus Corona ini telah dirilis langsung oleh Financial Times, pada Kamis, 15 Oktober 2020, WHO mengatakan bahwasanya tidak ada pengobatan secara substansial yang berpengaruh langsung pada tingkat kematian atau lamanya perawatan di rumah sakit. Selain menguji remdesivir, WHO juga menguji Hidroksiklorokuin, obat kombinasi anti – HIV dari lopinavir atau ritonavir, serta interferon.