Ditengah pandemi yang seperti tengah dijalankan oleh banyak orang di Indonesia sehingga mereka juga harus mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan untuk menjaga kesehatan yang disebabkan karena virus corona. Dari mulai menjaga jarak, Menggunakan masker, hingga mencuci tangan saat setelah beraktivitas. Namun yang saat ini baru saja terjadi ditengah masyarakat tentunya masih banyak sekali orang yang tidak mematuhi peraturan saat tengah berada di tempat umum. Contohnya yang baru saja terjadi dimana seorang penumpang diturunkan karena ia menolak menggunakan masker saat sedang di area transportasi umum.
Seperti yang sudah diadakan sebuah aturan dimana seseorang yang menumpangi KRL harus bisa mematuhi beberapa peraturan yang telah berlaku. DImana saat ini pengguna KRL dilarang untuk menggunakan buff dan juga masker berbahan scuba karena tekstur bahannya yang sangat tipis serta juga tidak tahan terhadap terpaan virus yang tidak kasat oleh mata. Maka disarankan untuk menggunakan masker dengan bahan kain yang tebal atau bisa juga menggunakan masker yang sesuai dengan standar medis seperti yang biasa digunakan oleh dokter.
Seorang penumpang kereta rel listrik ( KRL) warga negara asing (WNA) yang akan diturunkan oleh petugas karena melepas masker selama ia masih ada di dalam kereta. VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba menuturkan, awalnya penumpang tersebut akan masuk melalui Stasiun Gondangdia, pada saat Kamis (1/10/2020), tanpa menggunakan masker. Kemudian, Petugas pun akan segera memintanya untuk mengenakan masker sebelum diizinkan masuk ke dalam KRL. “Namun pada saat ia sedang menunggu kereta untuk tujuan Bogor di peron 2, ia kembali melepas untuk masker,” kata Anne melalui keterangan tertulis, Minggu (4/10/2020). Walaupun sempat berargumen, penumpang itu kembali mengenakannya. Kejadian yang sama terulang saat penumpang yang sedang berada di dalam kereta KA 1192 tujuan ke Bogor.
Dia kembali melepas maskernya. Petugas pun akan memintanya untuk segera mengenakan masker kembali, tetapi penumpang yang bersangkutan menolak. Akhirnya, penumpang itu diturunkan di Stasiun Cikini. “Sesampainya di sebuah Stasiun Cikini sekitar pukul 19.16 WIB, petugas menurunkan pengguna tersebut dari kereta karena tidak mau mengikuti protokol kesehatan yang telah berlaku,” ucap Anne. Sekarang ini, PT KCI mewajibkan untuk seluruh penumpang bisa menggunakan masker yang secara ilmiah akan terbukti lebih efektif mencegah penularan Covid-19, yakni menggunakan masker kain tiga lapis. Para pengguna dalam KRL juga akan dihimbau supaya menutup hidung dan juga mulut dengan sempurna supaya bisa mencegah penularan Covid-19.
Pihak Kereta Commuter Indonesia ( KCI) mulai menerapkan larangan mengenai penggunaan masker jenis scuba dan buff di stasiun-stasiun KRL Jabodetabek, Senin (21/9/2020). Di dalam hari pertama larangan itu berlaku, sejumlah penumpang KRL di Stasiun Bogor, Jawa Barat, terpaksa untuk tak diperbolehkan untuk masuk karena melanggar aturan tersebut. Para penumpang yang kedapatan yang memakai buff dan masker scuba akan diminta oleh petugas stasiun yang berjaga untuk bisa menggantinya terlebih dulu dengan masker medis atau masker yang menggunakan kain tiga lapis. Informasi mengenai larangan itu sepertinya belum begitu banyak untuk diketahui oleh beberapa calon penumpang KRL di Stasiun Bogor.
Seorang penumpang dalam KRL, Ahmad (40), tak bisa masuk ke area stasiun setelah petugas melarangnya karena ia mengenakan buff sebagai alat untuk pelindung diri. Beruntung bahwa saat itu dirinya telah menemukan seorang pedagang masker medis yang ada di sekitar lokasi Stasiun Bogor. Ia pun langsung segera membelinya. “Tadinya, yang saya tahu hanya masker scuba saja yang tidak boleh, jadi saya hanya menggunakan buff. Ternyata buff juga enggak boleh untuk digunakan,” katanya. Meski seperti itu, Ahmad mengaku mendukung kebijakan KCI mengenai aturan tersebut.
Menurut dirinya, hal itu sebagai salah satu langkah yang positif dalam upaya untuk pencegahan penyebaran Covid-19. “Kalau saya sih masih dukung saja, selama ada penjual masker yang kayak gini nggak masalah walaupun harus beli lagi,” sebutnya.”Ya cukup kaget ya, saya belum tahu mengenai informasinya,” tutur Ujang. Ia juga mengaku bahwa dirinya berkeberatan kalau harus membeli lagi masker yang telah dianjurkan. Sebab, tidak semua penumpang memiliki uang yang lebih untuk bisa membeli masker supaya bisa naik kereta. “Kasihan kalau yang nggak bawa duit lebih. Kadang yang naik kereta itu kan karena memang uangnya hanya pas-pasan. Sekarang harus beli masker lagi,” tambahnya dia. KCI mulai menerapkan larangan untuk penggunaan buff dan masker jenis scuba terhadap seluruh penumpang yang ada di KRL Jabodetabek, Senin ini.
Pihak KCI pun akan mewajibkan para pengguna KRL untuk memakai masker medis atau masker kain yang terdiri dari tiga lapis. VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba menambahkan, bahwa larangan tersebut akan diterapkan sebagai salah satu upaya lanjutan untuk menekan penyebaran Covid-19 di dalam KRL. “Mulai hari ini, KCI telah mewajibkan kepada seluruh pengguna KRL untuk tidak menolak menggunakan masker kain yang terdiri dari tiga lapisan atau masker untuk kesehatan yang hanya akan digunakan sekali pakai,” ujar Anne.
Bahkan, masker bisa memberikan perlindungan yang lebih baik daripada vaksin untuk menangkal virus corona itu sendiri maka jangan sampai masyarakat menolak menggunakan masker saat sedang di tempat umum. Hal itu pun juga telah diungkapkan oleh Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat ( CDC), Robert Redfield. “Saya mengatakan mungkin untuk saat ini masker lebih terjamin untuk membantu melindungi saya dari Covid-19 daripada ketika saya menerima vaksin untuk Covid-19,” menurutnya dia. Pernyataan Robert tersebut telah diucapkannya kepada Subkomite Pengalokasian Senat AS untuk Tenaga Kerja, Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan, Pendidikan, dan Agen yang juga Terkait.
Ia menyebut pula bahwa vaksin potensial Covid-19, yang kemungkinan baru akan tersedia dalam jumlah yang terbatas pada akhir tahun ini, mungkin hanya mempunyai imunogenisitas 70 persen. Imunogenisitas adalah kemampuan vaksin untuk membangun respons imun terhadap virus corona. Pakar kesehatan terkemuka yang lainnya, juga termasuk penasihat virus corona Gedung Putih, Dr Anthony Fauci mengatakan, kemungkinan akan ikut serta dalam memproduksi vaksin Covid-19 yang sangat efektif untuk seluruh lapisan masyarakat, dengan perlindungan 98 persen atau bahkan lebih tinggi, sangat lah kecil.