Secara perlahan – lahan, misteri mengenai virus Corona telah berhasil diungkapkan dan dipublikasikan ke publik berkat penelitian dari ilmuwan dunia. Pengungkapan studi terbaru virus Corona ini rupanya sangat penting guna mendukung sebuah pembuatan obat, vaksin, ataupun pencegahan dalam penyebaran Corona yang semakin mewabah di berbagai negara.
Hingga Senin, 30 November 2020, berdasarkan data yang telah kami ulas dari sumber Worldometers, rupanya virus Corona telah menginfeksi hingga lebih dari 63 juta orang, jumlah tersebut telah dihitung pada orang yang dinyatakan sembuh, meninggal dunia, maupun yang masih membutuhkan pertolongan ketat. Jumlah orang yang telah meninggal dunia, sebanyak 1,4 juta, sedangkan orang yang telah dinyatakan terbebas dari Corona, telah mencapai 43 juta. Dalam beberapa hari terakhir ini, sejumlah studi yang telah dipublikasikan telah menjadi pembahasan banyak orang atas wabah yang kian menakutkan. Simak terus artikel yang satu ini sampai selesai!
Studi Terbaru Virus Corona: Tes Cepat Untuk Mengakhiri Wabah Dalam Jangka Waktu 6 Minggu
Para peneliti dari Harvard HT Chan School of Publik Health dan dari University of Colorado Boulder, rupanya telah menyatakan bahwasanya tes cepat virus Covid – 19 dapat mengakhiri wabah dalam jangka waktu 6 minggu saja. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwasanya tes cepat yang dilakukan secara massal, telah mencakup 75 persen kota untuk 3 hari sekali, akan mampu mengakhiri pandemi Corona ini hanya dalam jangka waktu 6 minggu saja. Meskipun metode ini belum bisa untuk diandalkan, namun alangkah baiknya jika metode dibandingkan dengan sebuah penguncian yang memiliki dampak besar terhadap bidang ekonomi.
Bahkan, beberapa negara sudah ada yang mengalami resesi ekonomi atas dampak wabah yang kian memberikan kerugian besar bagi suatu negara. “Daripada menyuruh semua orang untuk tinggal dirumah dalam waktu yang lama sehingga anda dapat yakin bahwa satu orang yang sakit tidak akan menyebarkannya, kami hanya mampu memberikan perintah kepada orang – orang yang menular untuk tinggal di rumah, sehingga semua orang dapat menjalani kehidupan mereka dengan normal,” begitulah kata Profesor Ilmu Komputer di UC Boulder dan penulis utama, yakni Daniel Larremore.
Keterkaitan Vitamin D dan Golongan Darah O
Sebuah hasil dari studi Annals of Internal Medicine, telah menjelaskan bahwasanya orang yang memiliki golongan darah O atau Rh – negatif memiliki sebuah risiko yang lebih rendah atas tertularnya virus Corona dibandingkan jenis golongan darah lainnya. Studi yang telah melibatkan sebanyak 225.556 orang ini juga telah menunjukkan hasil bahwasanya orang yang memiliki golongan darah O akan memiliki peluang lebih rendah meninggal akibat terjangkit virus Covid – 19.
Peneliti telah menyebutkan bahwa orang yang memiliki golongan darah Rh – negatif juga telah dinilai lebih terlindungi, apalagi jika mereka yang bergolongan darah O – negatif, tentu saja peluang meninggal akibat Corona semakin rendah. Sementara itu, dokter dari Brazil telah menyatakan bahwasanya peningkatan kadar vitamin D pada pasien yang mengalami kritis tidak dapat mempercepat proses penyembuhan pasien di rumah sakit. Sebelumnya, vitamin D diklaim dapat memberikan hasil pengobatan yang lebih baik dengan tujuan lebih cepat terbebas dari virus Corona.
Virus Corona Memiliki Waktu Penularan
Sebuah studi yang telah diterbitkan langsung dari Jurnal Lancet, telah menyebutkan bahwasanya orang dengan virus Corona kemungkinan besar dapat menularkan virus dalam jangka waktu lima hari pertama setelah merasakan adanya gejala maupun orang tanpa gejala (OTG). Selain itu, pasien yang mengalami Corona tanpa gejala pun dapat membersihkan virus dengan waktu yang lebih cepat dari tubuh mereka dan kemungkinan besar waktu menular akan lebih singkat. Dalam sebuah tinjauan sistematis pertama dari jenisnya, para peneliti telah menganalisis data dari 98 studi yang sebelumnya membahas mengenai penularan virus Corona. Ada tiga faktor dalam studi Corona yang telah ditemukan, ialah Viral Load, Viral RNA Shedding, dan isolasi virus hidup.
Mutase Virus Corona Tidak Cepat Terhadap Penularan
Sebuah studi besar yang baru – baru ini dilakukan dengan menggunakan 12.000 mutasi pada virus Corona rupanya telah menunjukkan bahwasanya tidak ada satupun dari mutasi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan virus untuk menginfeksi ke orang lain. Mutasi virus tersebut telah dilakukan dari 46.000 sampel dari 99 negara yang berbeda. “Kami telah menemukan bahwasanya tidak ada mutase SARS – CoV – 2 yang berulang melalui uji, terkait sebuah peningkatan penularan virus Corona secara signifikan,” kata Francois Balloux dari University College London dalam sebuah penelitiannya mengenai mutasi virus Corona.
Ia telah menilai bahwasanya mutase hanyalah terlihat sebagai “penumpang gelap” yang akan beruntung dengan garis keturunannya dibandingkan sebagai penyebab kasus peningkatan penularan Corona. Sehingga, ilmuwan telah menetapkan bahwasanya studi terbaru virus Corona mengenai mutasi nya ini tidaklah cepat melakukan penularan terhadap orang lain.