Ciri yang paling mendasar dari kehidupan sosial adalah melakukan sebuah interaksi sosial dengan orang lain. Dilansir Tirto.id, interaksi dengan lingkup sosial ini pun juga bisa disebut sebagai cara orang bertindak dengan orang lain dan bereaksi terhadap cara orang lain kepada diri kita sendiri dengan bertindak. Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar menjelaskan, interaksi yang dilakukan dengan sosial seseorang ini pun yakni akan menyimpulkan bahwa adanya suatu hubungan-hubungan sosial yang begitu sangat dinamis, yang mana hal ini akan meliputi hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, hingga pada antara perorangan dengan kelompok manusia yang lainnya.
Pada sebuah buku sebuah Psikologi Sosial, Gerungan, W.A. menjelaskan, bahwasanya imitasi mempunyai peran yang penting dalam melakukan sebuah proses interaksi. Salah satu segi positif dari imitasi yakni dapat mendorong seseorang untuk bisa mematuhi kaidah dan juga memanfaatkan nilai-nilai yang sudah sempat berlaku. Akan tetapi disisi lain imitasi pun juga bisa saja menjadi penyebab hal-hal yang cukup negatif, contohnya yang ditirunya yakni merupakan sebuah tindakan-tindakan yang mana nantinya akan menyimpang serta juga akan mematikan daya kreasi untuk seseorang.
Seorang Psikolog M.Tarde ikut serta dalam mempelajari imitasi yang disebutnya sebagai fenomena sosial maupun “kunci misteri sosial.” Dia juga sebelumnya telah menyebutkan, masyarakat merupakan proses imitasi. Menurutnya, pengaruh satu pikiran pada lain dijelaskan oleh proses imitasi saran. Akibatnya, terdapat perubahan dan gerakan di masyarakat. Dia berpendapat, proses peniruan yang sebelumnya sudah terjadi di seluruh kalangan masyarakat dapat dirumuskan menjadi dua yakni pada semua imitasi cenderung menyebar ke seluruh masyarakat dalam perkembangan geometris.
Selanjutnya, imitasi ini pun dapat menyebar apabila tidak terjadi sebuah gangguan yang dialami oleh seseorang yang melakukan penyesuaian diri dengan orang baru. Sementara, Prof. Baldwin dalam The American Journal of Sociology yang mana ia pun akan menggambarkan proses imitasi yang begitu sangat mirip dengan perkembangan dengan seorang anak yang tengah belajar. Anak bisa meniru ucapan atau perbuatan orang-orang di sekitarnya. Atau lebih tepatnya, hal ini juga justru akan menyerap semua proses dalam imitasi secara langsung. Identifikasi yang terdapat di buku yang sama, Gerungan, W.A. yang justru akan membahas mengenai soal identifikasi.
Menurutnya, sebuah identifikasi yang mana sifatnya lebih mendalam karena kepribadian individu bisa saja terbentuk setelah melalui beberapa proses. Terkadang hal ini pun juga bisa saja berlangsung dengan sendirinya atau pun juga secara sengaja karena adanya individu justru akan memerlukan tipe-tipe yang cukup ideal tertentu didalam melakukan sebuah proses pada kehidupannya. Identifikasi dalam psikologi ini pun berarti dorongan untuk menjadi salah seorang yang cukup identik.
Kerstin Sahlin-ANdersson serta juga Guje Sevon dalam bukunya, yang mana ia pun akan menjelaskan mengenai identifikasi yang justru nantinya akan melibatkan asosiasi dengan kualitas, karakteristik, serta untuk pandangan dari model peran tertentu yang mempunyai kualitas yang diinginkan individu untuk diri mereka sendiri. Pada saat salah seorang pelajar ini pun nantinya akan mengidentifikasi dengan seorang panutan, mereka akan mengingat perilaku mereka dan menambahkannya ke dalam daftar tindakan yang bisa saja mereka hasilkan dan mungkin bisa juga untuk mereka tiru.
M.J Kehily menjelaskan bahwasanya telah ada sebuah identifikasi yang telah diakui sebagai bagian penting dari nilai yang dapat dinikmati orang dalam hidup.Contohnya yakni, dengan mengidentifikasi dengan hubungan, pekerjaan, proyek, dan tujuan, hidup dapat dengan mudah untuk terarah dan juga hal ini dapat berjalan secara baik. Kemungkinan dalam melaksanakan sebuah proses identifikasi yang dapat sangat dipengaruhi oleh fenomena sosial-ekonomi.
Pada saat orang tersebut telah merasa bimbang dan juga merasa tidak aman, dalam melakukan proses identifikasi jadi lebih lama. Mereka jadi tidak dapat untuk membuat sebuah bayangan atau gambaran mengenai keputusan yang akan mereka ambil saat itu. Sebenarnya Hal ini bisa saja di minimalisirkan oleh adanya sikap yang baik dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Alhasil kita semua bisa tahu bagaimana cara menghadapi masalah dengan bertukar pengalaman dengan orang lain.