infogitu.com – Pemerintah negara Filipina akan memberlakukan bea masuk pengamanan atau safeguard senilai 70 ribu peso Filipina (setara Rp20 juta) yang akan menambah ongkos impor yang akan dilangsungkan pada sektor otomotif dalam per unit kendaraan penumpang pada waktu 200 hari ke depan. Pengumuman terkait Filipina terapkan Safeguard ini sudah berhasil disampaikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Filipina Ramon Lopez, Senin (4/1/2021).
Menurut Ramon Lopez sendiri, impor terhadap kendaraan bermotor sudah mencederai (injury) pasar domestik Filipina serta menjadi penyebab akan adanya penurunan pekerjaan di sektor industri otomotif dari 100 ribu menjadi 86 ribu. Ekonom dari Universitas Indonesia yakni Fithra Faisal memberikan pendapat pada sebuah keputusan ini akan cukup terasa dampaknya bagi Indonesia. Pasalnya, negara Filipina sendiri merupakan tujuan utama untuk melakukan ekspor mobil Indonesia setidaknya selama lima tahun terakhir.
International Trade Center (ITC) mencatat selama tahun 2019 yang lalu nilai ekspor mobil dengan penumpang di bawah 10 orang (HS 8703) RI ke Filipina mencapai hingga 1,13 miliar dolar AS. Angka tersebut juga setara dengan 28,8% dari total ekspor kode HS 8703 Indonesia senilai 3,94 miliar dolar Amerika Serikat. Ekspor kedua terbesar Republik Indonesia sendiri ditujukan ke negara Vietnam, 528 juta dolar AS. Di Filipina sendiri, pangsa mobil impor yang ada di Indonesia juga sempat mendominasi dengan nilai mencapai 1,32 miliar dolar AS atau 42,4% total impor mobil HS 8703 Filipina pada tahun 2019 yang lalu.
Jumlah tersebut sudah lebih banyak dari pangsa impor mobil yang berasal dari negara Thailand senilai 972 juta dolar AS. “Kita sangat terkonsentrasi di Filipina. Mungkin bisa 20% ekspor mobil kita terutama ke Filipina. Bisa menimbulkan kontraksi peluang ekspor,” ucap Fitrah yang telah kami lansir dari Tirto.id, pada hari Rabu (13/1/2021). Pada tahun 2020 yang lalu, ekspor pada sektor otomotif ini sudah ikut berdampak akan adanya pandemi virus COVID-19.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat selama bulan Januari hingga pada bulan November 2020 yang lalu, ekspor CBU atau kendaraan utuh hanya mencapai 206.685 unit, turun sekitar 32,7% dari bulan Januari sampai bulan November 2019 yang lalu sebanyak 306.891 unit. Bukan tidak mungkin bahwasanya dengan ada penurunan ini bisa saja langsung berlanjut akibat kebijakan ini. Faisal memberikan sebuah pernyataan akan adanya keputusan Filipina terapkan safeguard adalah konsekuensi dari perlambatan industri negara itu terutama akibat pandemi virus COVID-19.
Prompt Manufacturing Index (PMI) Filipina merasa sangat kesulitan untuk bisa menembus batas angka 50 atau minimum angka ekspansi selama kurang lebih 10 bulan terakhir. Filipina saat ini tengah berada dalam posisi ketiga terendah di ASEAN usai Malaysia dan Myanmar. Langkah yang akan dilakukan oleh Filipina ini sekaligus mewakili tren perdagangan dunia yang mengarah untuk proteksionisme yang bukan tidak mungkin juga akan diambil oleh negara ASEAN yang lain.
Langkah Filipina ini pun nantinya bisa memicu retaliasi yang berupa pengenaan tarif untuk sejumlah negara dalam produk impor dari Filipina. Sehingga perang dagang yang dilakukan antar sesama negara ASEAN menjadi tidak bisa terhindarkan. Faisa juga sangat berharap bahwa nantinya pengenaan tarif tambahan ini tak berkepanjangan serta dapat diselesaikan dalam perundingan. Apabila dalam melangsungkan perundingan buntung, maka ia juga akan mengingatkan kepada pihak pemerintah untuk selalu bisa memiliki peluang membawanya ke World Trade Organization (WTO). “Kita bisa bertanya, apakah betul ada kerugian besar industri mereka yang menyebabkan jadi harus ada tarif safeguard,” ucap Fithra yang kami lansir dari Tirto.id.
Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy menuturkan bahwasanya ada sebuah kebijakan safeguard yang tentunya dapat berpengaruh pada ekspor otomotif. Melansir dari Tirto.id, pada hari Rabu, Yusak bilang, “dari sisi harga CBU (mobil dalam bentuk utuh) yang akan menjadi lebih tinggi.” Yusak menuturkan bahwasanya dalam total ekspor mobil HPM bisa mencapai 5.970 unit selama 2020. Sekitar 3.390 unitnya ditujukan ke negara Filipina serta sisanya ke negara Vietnam.