Infogitu.com – Saat ini, di seluruh media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, sedang dihebohkan atas kehadiran kisah Andika. Kisah perjuangan yang penuh jerit dan payah Andika menjadikan motivasi untuk banyak orang. “Tidak ada mimpi yang terlalu besar, tidak ada pemimpin yang terlalu kecil,” begitulah kutipan dari film Turbo. Kata-kata yang kami kutip dari film Turbo tersebut rupanya telah menggambarkan perjuangan dan jerih payah akan pemilik nama Andika Ramadhan Febriansyah yang tidak pernah takut jatuh akan mimpinya.
Sebagai informasi sekadar, Andika menjadi pembahasan publik karena kisah perjuangannya yang penuh dengan kesedihan, kesusahan, dan serba kekurangan. Dari SMA, hingga kini dirinya mendapatkan posisi sebagai CEO di sebuah perusahaan besar Indonesia pun viral serta mendapatkan respon positif. Tidak sedikit orang mengaku merasa motivasi besar atas kisah perjuangan Andika.
Kisah perjuangan yang memilukan dan membuat banyak orang tersentuh itu dibagikan melalui akun Instagram dan TikTok miliknya, yakni @andikaramadhanf. “Karena kita tidak akan pernah tau apa yang sedang Allah rencanakan demi masa depan kita,” tulis Andika di akun TikTok nya. Inilah ulasan lengkap mengenai perjuangan Andika yang sedang viral di berbagai media sosial tanah air.
Kisah Andika yang Pernah Menjadi Penjual Peyek Bayam
Siapa Andika? Dan mengapa dirinya bisa menjadi viral setelah membagikan kisah perjuangannya? Melansir dari sumber Kompas.com, Andika pernah mendapatkan perhatian publik di 2012 lalu atas semangat yang terus membara-bara untuk mewujudkan mimpinya. Pada 2012 lalu, Andika adalah seorang anak jalanan yang mendapatkan kesempatan besar untuk menempuh Pendidikan tinggi. Andika pun pernah menjadi penjual peyek bayam setelah Pendidikan SMA nya sudah di selesaikan dengan sempurna.
Andika, lulus di SMA Master, begitulah sebutannya untuk Masjid Terminal. SMA Master, adalah sebuah sekolah di area terminal Kota Depok yang dikelola oleh Yayasan Bina Mandiri. Andika, yang kerap dipanggil Dika menjalani awal Pendidikan SMA di tahun 2009. “Di tahun itu saya bukanlah anak berprestasi secara akademik. Saya masuk ke sekolah tersebut karena saya pernah dikeluarkan dari sekolah sebelumnya. Saya dikeluarkan setelah saya bolos selama berbulan-bulan di 2008,” ujar Andika, yang kami lansir dari sumber Kompas.com, pada Sabtu, 27 Februari 2021.
Ketika Dika dikeluarkan dari sekolah awalnya, orang tuanya mengaku bahwa mereka tidak bisa lagi menyekolahkan dirinya dikarenakan keterbatasan biaya. Setelah keluar dari sekolah, selama 1 tahun Dika luntang-lantung di jalanan dan menjadi anak jalanan. Pekerjaan apapun dikerjakan untuk menghasilkan uang. Termasuk menjadi pengamen, pedagang, pekerja kasar, dan lain sebagainya. Hal tersebut sengaja dilakukan oleh Dika untuk memperoleh recehan uang dan akan diberikan kepada kedua orangtuanya.
Di tahun 2009, Dika mengetahui SMA Master dan memutuskan untuk menyelesaikan pendidikannya di sana. “Saya bisa saja sekolah di Master dengan gratis, sehingga orang tua tidak perlu bingung memikirkan bayaran sekolah seperti di sekolah formal,” ujar Dika. Selain karena sekolahnya yang gratis, orang tua Dika juga memiliki harapan besar bahwa anaknya akan menjadi orang sukses di masa yang akan datang dan berhasil memperoleh prestasi membanggakan.
Belajar Tentang Perjuangan dan Kerja Keras
Menurut Dika, ketika dirinya memutuskan untuk sekolah di SMA Master, dia pun telah mengubah seluruh karakter dan mindset-nya untuk membuka mata lebih lebar melihat dunia. “Saya telah diajarkan untuk terus ikhlas, perjuangan yang begitu besar, dan kerja keras,” terang Dika. Sewaktu bersekolah di SMA Master tersebut, Dika mengaku bahwa di pagi harinya dia menjadi tukang plastic di Pasar Kemiri, Kota Depok. Kemudian untuk siang hari, dia akan berjualan roti serta kue-kue basah di lingkungan sekolahnya.
Walaupun begitu, Dika tidak pernah melupakan tanggung jawabnya untuk terus belajar dan aktif di organisasi. “Pencapaian terbaik saya ketika saya SMA, adalah saya telah berhasil untuk menjadi ketua OSIS pertama di sekolah SMA Master. Dan ketika saya telah berhasil masuk ke kampus negeri di tahun 2012, di Universitas Negeri Jakarta,” kata Dika. Ia pun menempuh Pendidikan tingginya di Universitas Negeri Jakarta di tahun 2012. Selama menjalani perkuliahannya, Dika menjadi karyawan di salah satu perusahaan, yakni Clorismen.
Saat itu, Dika mengawali pekerjaannya menjadi seorang packing produk. Giat bekerja dan tidak memiliki permasalahan di lingkungan kerjanya, Dika pun dipercayakan oleh atasannya untuk menjadi CEO Clorismen. Hingga kini, kisah Andika yang sedang viral di sosial media selalu mendapatkan pujian dari banyak orang. Tidak jarang orang mengaku seperti terhipnotis dengan kisah pilu Andika untuk membahagiakan kedua orang tuanya.
Discussion about this post