Infogitu.com – Sejak Desember 2019 pandemi Covid-19 menyerang negara China, wabah tersebut dengan mudah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia dan Jepang. Indonesia, memiliki kebijakan dalam melarang segala kegiatan di luar rumah, begitupun dengan sekolah. Berbeda, upaya Jepang menghadapi pandemi Covid-19 terhadap sektor Pendidikan tetap diberlangsungkan dengan perketat protokol kesehatan. Walaupun sempat hadirnya kebijakan yang sama, yakni lockdown, sektor Pendidikan sudah dibuka kembali.
Tidak selang lama dari lockdown tersebut, Jepang langsung memulai kegiatan belajar mengajar di seluruh sudut wilayahnya. Memang upaya yang diambil oleh Jepang lebih berisiko dan berbeda dari berbagai negara yang meniadakan tatap muka di sekolah. Namun, hal itu tidak dijadikan perdebatan karena tidak adanya laporan kasus aktif yang terus meningkat drastis. Ada sejumlah protokol kesehatan dan beberapa kebijakan ketat yang harus dilakukan oleh pelajar Jepang. Lantas, apa saja upaya yang dilakukan oleh Jepang di pembukaan sektor Pendidikan? Mari simak terus artikel yang satu ini sampai selesai!
Upaya JepangMenghadapi Pandemi Covid-19 di Sektor Pendidikan
Melansir dari sumber The Japan Times, melalui Kompas.com, pada Minggu, 4 April 2021, Menteri Jepang telah menerbitkan sebuah informasi sekaligus pengetahuan untuk seluruh pelajar di negaranya. Pengetahuan tersebut, adalah panduan penyelenggaraan sekolah di masa pandemi Covid-19. Panduan tersebut berguna untuk mengatur kegiatan belajar mengajar secara tatap wajah dan sekolah yang mampu menangguhkan atau mengurangi aktivitas yang berpotensi meningkatkan risiko penularan virus Corona melalui droplet.
Salah satu contoh yang sering ditemukan oleh berbagai negara terhadap penyebaran virus Covid-19, adalah kontak fisik. Karena itu, Jepang menyarankan agar saat menjalani pelajaran olahraga sebisa mungkin tidak memberlakukan kontak fisik diantara siswa nya. Dengan menjaga jarak, mengenakan masker, dan mempraktekkan kegiatan cuci tangan secara teratur, adalah sejumlah protokol kesehatan yang diberlangsungkan di negara Jepang. Kemendikbud Jepang mulai memberlakukan kebijakan tersebut untuk kenormalan baru di sekolah. Hal ini juga bisa dilihat pada kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar Funabori, Edogawa, Tokyo, yang memiliki 760 siswa.
Saat pagi hari, siswa mulai datang ke sekolah dengan mengenakan masker. Begitu masuk ke Gedung sekolah dan hendak memasuki kelas, mereka akan mengganti sepatunya dengan sandal dalam ruangan. Mio Sato, selaku Kepala Sekolah SD Funabori, mengatakan bahwa kebiasaan untuk mengganti sepatu dengan sandal dalam ruangan ini rentan menyebabkan setiap siswa berkerumun. Oleh karena itu, sekolahan memutuskan untuk memasang garis-garis pembatas di area ganti sepatu, sehingga kerumunan bisa dicegah dengan maksimal.
Mengenakan masker juga menjadi kewajiban yang tidak boleh dilupakan sedikitpun untuk seluruh siswa SD Funabori. Bahkan, selama kelas olahraga di mulai dan melibatkan aktivitas fisik, guru-guru tetap mewajibkan siswanya mengenakan masker. Prinsip dalam memberlakukan jaga jarak juga sudah diterapkan dengan serius. Konsep tersebut juga sudah ditanamkan oleh para siswa dalam mencegah penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan. Sehingga, selama kelas olahraga dimulai dan praktik merentangkan tangan, mereka akan menjaga jarak sudah tepat untuk mendapatkan potensi aman.
Di dalam kelas, Kemendikbud Jepang juga sudah mengatur agar siswanya menjaga jarak dengan meja yang sudah ditata sedemikian rupa, sehingga setiap meja berjarak 1 meter. Jendela ruangan kelas juga selalu dibuka dan tidak diperkenankan ditutup sedikitpun. Hal tersebut sengaja dilakukan agar ventilasi mampu bekerja dengan maksimal, dan risiko penularan virus Corona tidak terlalu besar.
Melansir dari sumber CBS News, pada 5 September 2020, Institut Riset Riken Jepang yang juga bekerja di Universitas Kobe, menyebutkan bahwa kelas yang memiliki jumlah murid banyak, harus memberlakukan protokol kesehatan yang maksimal. Mereka juga menggarisbawahi penggunaan ventilasi yang bisa bekerja dengan maksimal. Sebuah simulasi diperlihatkan, ketika kelas yang dipenuhi oleh 40 siswa dan memiliki jendela sisi diagonal dengan penggunaan AC, maka akan didapat arus udara yang bekerja dengan baik, sehingga mampu mencegah penularan virus Corona.
Bukan hanya itu saja, Kemendikbud Jepang juga sudah memerintahkan agar seluruh pihak sekolah, termasuk staf-staf dan para guru, harus rutin memeriksa ventilasi udara di setiap kelas. Apabila mengalami sedikit kerusakan, seperti macet dan tidak terlalu membuka lebar, harus diperbaiki sejak dini untuk mencegah penumpukan virus di suatu kelas. Upaya Jepang menghadapi pandemi dalam sektor Pendidikan sudah diperhitungkan dengan matang, sehingga tidak ada kekhawatiran terhadap penyebaran yang kian meningkat.
Discussion about this post