Jika membahas mengenai pandemic Covid-19 ini memang tidak akan pernah ada habisnya. Mengingat hingga saat ini masih banyak negara yang terjangkit wabah mematikan dan telah memakan banyak korban jiwa. Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak akhir tahun 2019 saat ini masih belum bisa dilumpuhkan secara total. Banyak orang bertanya – tanya kapankah pandemi Covid-19 di dunia ini akan hilang dan menjadikan banyak orang bisa hidup dengan bebas? Hari demi hari infeksi masih terus saja terjadi di banyak negara. Bahkan, di sebagian wilayah atau negara tingkat kasus Corona ini semakin tinggi dan menyebabkan banyak penduduknya takut serta khawatir.
Obat atau sebuah vaksin diharapkan untuk menjadi harapan yang besar guna mengalahkan dan melumpuhkan serangan virus Corona ini, dimana vaksin Corona masih dalam tahap pengembangan. Jikapun vaksin untuk menyembuhkan virus Corona sudah dikembangkan dan sudah mencapai tahap di titik terang, ternyata pandemi tidak akan hilang sekejap mata dan tetap harus dilumpuhkan hingga berbulan – bulan. Hal ini telah disampaikan secara langsung oleh pakar epidemiologi dari Griffith University, yakni Dicky Budiman. Dicky telah mengungkapkan bahwasanya vaksin mengenai wabah ini bukanlah solusi tunggal dalam upaya mengatasi, melainkan harus juga ditopang dan dibantu dengan beragam upaya lainnya.
“Vaksin juga memerlukan sebuah kombinasi dengan strategi lainnya, seperti testing, tracing, isolasi, karantina, physical – social distancing, dan masih banyak lagi,” ucap Dicky dilansir dari sumber Kompas.com, pada Rabu 14 Oktober 2020. Saat ditanyakan mengenai alasan diatas, Dicky pun telah menyampaikan pendapat bahwasanya wabah Covid-19 yang diprediksi ini akan hadir pada kuartal pertama di tahun 2021 dan memiliki sebuah standar evikasi minimal 50 persen. “Artinya setelah tidak ada ya tidak serta merta kita dapat bebas. Kita akan disuntik semua terus bebas, tentu tidak. Dengan adanya evikasi yang diestimasi tidak terlalu tinggi itu, ya tentu saja (efektivitas mengenai Corona) akan memerlukan upaya dengan kombinasi 3T (yakni Testing, Tracing, Treatment) dan jangan lupa 3M (memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga jarak dengan orang lain) ini tentunya masih membutuhkan waktu yang tidak serta – merta,” jelas Dicky kembali.
Dicky pun telah menjelaskan bahwasanya proses untuk melakukan hal ini membutuhkan waktu, karena proses vaksinasi tidak hanya cukup dilakukan sekali saja. Belum lagi sebuah pembentukan kekebalan masala tau Herd immunity yang juga memerlukan waktu lama. Saat ditanya terkait kapan semua hal bisa kembali normal dan semula agar orang – orang bisa menjalani segala aktivitas dengan normal, Dicky tidak bisa memastikan hal tersebut. Mengingat banyak sekali faktor yang berpengaruh di wabah ini. “ Vaksin butuh waktu lama ya enggak Cuma sekali aja, nunggu lagi muncul herd immunity, butuh sebuah kekompakan dans ebuah sinergi dari keseluruhan pihak. Kalau sampai itu semua terjadi, sampai angka kasus aktif ya kecil, nihil kematian dan positivity rate nya rendah, ya berarti sudah bisa menjalani hidup normal,” imbuhnya.
Dicky pun telah memberikan sebuah contoh seperti yang terjadi di negara Australia. Dari media massa dan media sosial, orang – orang yang tinggal di Amerika sudah bisa melakukan berbagai macam kegiatan di luar rumah tanpa harus rumit menggunakan masker. Bukannya melanggar, tetapi memang aturan di negara tersebut tidak diwajibkan untuk menggunakan masker. Meski sudah relatif normal, ia menyebut kembali bahwasanya praktik untuk jaga jarak masih terus ditetapkan, begitu pula dengan segala aturan, anjuran, dan pengetatan yang masih berlaku. Dicky telah menyebutkan bahwasanya semua hal yang bisa terjadi di negara Australia disebabkan karena rendahnya kasus yang aktif, nihil kasus kematian dalam dua minggu berturut – turut, serta positivity rate – nya baik sekali.
Pandemi Covid-19 Di Dunia Akan Hilang Jika Terjadi Kerja Sama Semua Pihak
Dari sebuah segi kuantitas, jumlah tes yang telah dilakukan oleh negara Australia telah diklaimnya cukup baik. Dari segala hal yang diketahui, ia menyebutkan bahwasanya tidak harus adanya sebuah kasus yang nihil dan kasus infeksi untuk akhirnya suatu wilayah sudah bisa beraktivitas dengan normal. Dicky telah menyebutkan bahwasanya hal yang terjadi di negara Australia tersebut juga dapat terjadi di tanah air, yakni Indonesia. Asalkan kasusnya sudah mulai terkendali sehingga sebuah aktivitas telah terjadi selama perlahan – lahan dan berangsur untuk normal. Hanya saja, semua ini membutuhkan sebuah kolaborasi dari berbagai macam pihak dan sinergi dari berbagai kalangan.
“Tidak bisa Cuma satu dua daerah saja ya, harus semua daerah menerapkan strategi 3M dan 3T tentunya secara stabil, ini lah yang harus dilakukan. Kemungkinan besar ke arah sana, tentu ada di negara Indonesia,” kata Dicky.
Lebih lanjut lagi, Dicky menyebutkan bahwasanya negara Indonesia sebenarnya sudah memiliki kecukupan atas kemampuan untuk mengatasi wabah penyakit ini. “Indonesia ini memiliki pengalaman yang banyak dalam melewati sebuah pandemi dan mengendalikan epidemi, pandemi, di beberapa pandemi yang telah terjadi di waktu sebelumnya. artinya kemampuan itu sudah ada, tinggal disini adalah kemauan seluruh masyarakat Indonesia,” ungkap Dicky kembali. Kemauan pandemi Covid-19 di dunia berakhir, namun tidak melakukan penerapan yang dianjurkan oleh ahli tentu saja tidak akan pernah berjalan sesuai dengan hal yang diinginkan. Butuhnya upaya keras dan dorongan, bukan lah hanya berpatokan pada vaksin atau obat saja.