Demo Omnibus Law sudah dilakukan sejak hari Senin 5 Oktober lalu, ribuan buruh mulai turun ke jalan melakukan demo menolak disahkannya RUU Cipta Kerja. Disahkannya omnibus law ini memang ditolak keras oleh masyarakat Indonesia, khususnya para buruh yang merasa dirugikan dengan pasal yang ada dalam undang undang tersebut. Pasal yang menjadi kontroversi tersebut membuat banyak masyarakat merasa geram dan akhirnya turun ke jalan untuk melakukan demo menyuarakan penolakan terhadap Undang Undang Cipta Kerja.
Tidak hanya para buruh saja yang merasa geram, beberapa mahasiswa pun sudah ada yang turun ke jalan untuk melakukan demo. Pada hari Rabu 7 Oktober di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Kabupaten Bekasi mahasiswa dari Universitas Pelita Bangsa melakukan demo, aksi ini memakan korban sebanyak 6 mahasiswa yang harus dilarikan ke rumah sakit karena kondisi kritis. “enam mahasiswa kondisinya kritis, dan satu mahasiswa masih dalam tindakan serius karena mengalami pendarahan” ucap Humas Universitas Pelita Bangsa, Nining Yuningsih saat di wawancarai.
Kabarnya ada satu mahasiswa yang meninggal, namun dibantah oleh Nining berita tersebut. Para mahasiswa masuk rumah sakit karena luka parah dan mengalami pendarahan pada bagian kepala dan pelipis. Nining belum bisa mengonfirmasi soal luka akibat peluru karet, “Namun kabar kalau mahasiswa kami meninggal, kami tegaskan itu tidak benar” Ucapnya. Ada tiga mahasiswa yang menjalankan perawatan medis di rumah sakit, diantaranya dijahit, dan harus melewati rawat inap.
Yogi Trinanda ketua DPC GMNI Kabupaten Bekasi menerangkan para mahasiswa dari Universitas Pelita Bangsa pada siang tadi melakukan aksi demo Omnibus Law Cipta Kerja. Mereka bergerak dari kampus menuju kawasan Jababeka sekitar pukul 9 pagi, namun langkahnya terhenti karena dihadang oleh polisi. Setelah bernegosiasi, mereka hanya boleh bergerak hingga tengah kawasan Jababeka 1 saja, dan tidak boleh mendekati jalan tol.
Belum sampai ke titik tersebut, para mahasiswa kembali dihadang oleh aparat keamanan, alhasil terjadilah keributan antara polisi dan mahasiswa dari Universitas Pelita Bangsa. Yogi berkata para mahasiswa berhenti melakukan aksi pada malam hari, namun tidak akan berhenti satu hari saja, rekan rekan mahasiswa lainnya akan terus melanjutkan aksinya. Ketua Umum DPP GMNI Arjuna juga menyerukan kepada pihak aparat untuk tidak represif saat mengamankan demonstrasi agar tidak terjadi peristiwa kekerasan seperti ini lagi.
“Memang diperlukan, namun tidak harus berlebihan dan tidak harus represif karena ini penolakan biasa. Masyarakat mengungkapkan pikirannya bagian dari demokrasi yang dilindungi undang undang dasar” Ucap Arjuna saat diwawancarai. “Di Bekasi, kadek kami juga ikut jadi korban tindakan represif aparat keamanan, kami sangat menyesalkan aparat yang seharusnya melindungi. Bukan memukul agar mahasiswa tidak demo” lanjutnya.
Menurut Arjuna ketua DPP GMNI akan menindaklanjuti kasus pemukulan ini dengan melaporkannya ke Komnas HAM. Arjuna berkata seharusnya aparat tidak bisa sembarang pukul saat mengamankan aksi demonstrasi. Hal ini memang sering terjadi, tak jarang aparat ikut terbawa emosi karena masyarakat yang ricuh saat melakukan demo, aksi demo omnibus law ini tidak akan berhenti sampai sini saja. Diharapkan para aparat bisa bertindak tegas tanpa melakukan kekerasan agar tidak semakin banyak korban yang harus dilarikan ke rumah sakit.
Para mahasiswa dari Universitas di Indonesia lainnya juga ikut menyuarakan dan turun ke jalan untuk demo omnibus law. Sejumlah aparat pun diturunkan untuk membantu mengamankan aksi ini, demo besar besar ini dilakukan hampir di seluruh Indonesia. Para buruh pun ikut turun ke jalan, aksi demo di masa pandemi ini tentunya memunculkan berbagai macam reaksi dari banyak orang. Sebagian merasa setuju, namun juga ada yang tidak setuju. Harapan para masyarakat semoga para mahasiswa dan buruh yang turun ke jalan baik baik saja dan tidak semakin banyak korban luka luka akibat aksi demo ini. Di beberapa daerah sudah mulai bergerak untuk melakukan demo omnibus law besar besar pada hari Rabu 8 Oktober.