Para ahli biologi di Pennsylvania, AS, menemukan burung grosbeak dada mawar (Pheucticus Iudovicianus) super langka yang memiliki jenis kelamin ganda. Secara genetiknya, pada sebagian tubuh burung ini yakni kelamin jantan, sedangkan pada bagian tubuh yang lainnya yakni seekor burung betina. Hewan langka yang pertama ini ditemukan oleh para peneliti dari Carnegie Museum of Natural History pada 24 September 2020. Pada Saat itu, burung ini ditemukan di cagar Alam Powdermill di Rector, Pennsylvania, AS. Grosbeak menemukan dada mawar sendiri yang pada umumnya dimorfik secara seksual. Maksudnya adalah burung kelamin ganda ini mempunyai bulu yang berbeda.
Akan tetapi burung langka ini ternyata mempunyai warna yang biasanya hanya dimiliki oleh masing-masing jenis kelamin. Berdasarkan dengan catatan peneliti, burung yang mereka temukan mempunyai bercak dada yang kemerahan dan warna sayap kanan berwarna merah muda seperti merah muda jantan, sedangkan sayap sisi kirinya mempunyai warna coklat-orange seperti burung berjenis kelamin betina. “Semua tim begitu sangat senang jika melihat kelangkaan ini dari jarak yang dekat, dan menikmati pengalaman sekali dalam seumur hidup ini,” menurut Annie Lindsay, yakni manajer program banding burung di Powdermill, dikutip dari sebuah situs yang resmi Carnegie Museum of Natural History.
“Salah satu dari mereka juga menggambarkannya seperti “melihat unicorn’ dan yang lainnya menggambarkan aliran adrenalin saat melihat sesuatu yang begitu sangat luar biasa. Mereka semua juga sangat bersyukur menjadi bagian dari rekaman yang patut untuk diperhatikan dan juga lebih menarik,” ucapnya. Menurut sebuah penjelasan museum, burung grosbeak dada mawar berjenis kelamin ganda ini merupakan contoh dari fenomena langka yang disebut juga dengan ginandromorfisme bilateral.
ginandromorfisme bilateral sendiri adalah kondisi pada saat penampilan luar hewan terbagi di tengah berdasarkan dengan jenis kelamin, setengah jantan dan setengahnya adalah betina. Dalam sebuah kasus burung grosbeak dada mawar tersebut, ia mempunyai karakteristik jantan di sebelah kanan dan betina disebelah kiri. Menurut sebuah penjelasan IFL Science, fenomena ginandromorfisme bilateral ini terjadi karena penentuan jenis kelamin pada burung sedikit berbeda dari manusia yang ada pad aumumnya. Dimana pada manusia, betina akan mempunyai dua salinan dari kromosom jenis kelamin yang sama (XX) dan juga jantan mempunyai salinan masing-masing (XY).
Adapun untuk burung yang mempunyai karakteristik kebalikannya, dimana yang jantan ini mempunyai kromosom seks ganda (ZZ) dan sedangkan pada jenis kelamin betina ini mempunyai salinan kromosom masing-masing (ZW). Ginandromorfi diperkirakan juga terjadi karena alasan yang cukup berbeda pada spesies yang cukup berbeda, menurut sebuah catatan Natural History Magazine. Akan tetapi juga pada burung, fenomena ini diyakini juga terjadi saat ada kesalahan dalam pembentukan telur. Telur burung ini biasanya membawakan satu kromosom seks untuk bisa bersatu dengan satu kromosom seks yang akan dibawa oleh sperma.
Nah, apabila sel telur secara tidak sengaja berakhir dengan dua kromosom (Z dan W) dan jika sel telur yang menyimpang ini akan dibuahi oleh dua sperma pembawa Z, burung yang akan dihasilkan juga akan mempunyai kromosom ZZ dan ZW secara bersamaan, sehingga memungkinkan burung tersebut dapat mempunyai ciri jenis kelamin jantan dan juga betina. Carnegie Museum of Natural History menjelaskan, bahwasanya dalam 64 tahun terakhir ini terdapat kurang lebih dari 10 fenomena ginandromorfisme bilateral di Cagar Alam Powder Mill.
“Ginandromorfisme bilateral, walaupun sangat tidak umum, yakni normal sekali dan bisa memberikan contoh yang sangat baik dari sebuah proses genetik yang begitu menakjubkan yang jarang sekali untuk ditemui oleh banyak orang,” menurut Lindsay. Tim peneliti yang menelitian yang akan menemukan burung kelamin ganda ini pun saat ini penasaran untuk melihat apakah ia dapat berkembang biak secara sukses. Para peneliti juga telah menduga, bahwa sanya burung ini secara teori dapat berkembang biak karena sisi burung kiri ini adalah sosok betina. Karena, biasanya hanya ovarium sebelah kiri saja yang bisa berfungsi untuk burung bisa berkembang biak.
Akan tetapi, peneliti juga menduga bahwasanya ada kemungkinan corak bulu khass jantan yang dimiliki olehnya sehingga bisa memicu respons teritorial dari jantan yang lainnya. Dalam artian yakni, pejantan lain juga bisa jadi akan menduga bahwasanya ia adalah pejantan juga, sehingga bisa mengurangi peluang burung kelamin ganda yang super langka untuk berpacaran. Seandainya saja burung ini bisa kawin pada saat musim kawinnya spesies ini sehingga mereka akan berkembang biak seperti burung yang ada pada umumnya.
Bahkan spesiesnya pun dapat kita temui dengan mudah di alam bebas. Terlebih lagi burung ini adalah burung yang unik sehingga sangat disayangkan sekali jika burung yang mempunyai jenis kelamin ganda ini sudah musnah begitu saja tanpa anak cucu kita bisa melihatnya dengan leluasa. Terlebih lagi keindahan pada bulunya yang berbeda warna ini bisa dijadikan sebagai opsi burung yang bisa dijadikan hiasan di deretan koleksi hewan peliharaan kita yang lainnya.