Presiden Joko Widodo ( Jokowi) justru memilih tetap melanjutkan kunjungan kerja ke Kalimantan Tengah guna mengecek langsung proyek sawah di hari puncak demo penolakan UU Cipta Kerja beberapa hari lalu. Proyek besar yang dikenal dengan lumbung pangan nasional atau food estate ini adalah bagian dari program swasembada pangan pada periode kedua Presiden Jokowi. Impor pangan masih jadi suatu pekerjaan rumah yang belum juga diselesaikan sebagaimana janji presiden Jokowi pada saat kampanyenya lalu.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional, Jokowi juga membuka puluhan ribu hektar sawah di Kalimantan dan Sumatera yang sebagian besar tanahnya didominasi oleh lahan gambut. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bahkan menggelontorkan triliunan rupiah pada tahun ini. Sementara total keseluruhan anggaran ketahanan pangan lintas kementerian bisa mencapai hingga Rp 104 triliun di tahun 2021. “Food estate, lumbung pangan, sedang dibangun untuk membantu dalam memperkuat cadangan pangan nasional, bukan hanya di hulu, tetapi juga bergerak di hilir produk pangan industri,” kata Jokowi di dalam Sidang Tahunan MPR pada Agustus yang lalu.
Program ini juga bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) 2020-2024. Selain Kementerian PUPR, proyek sawah ini dikerjakan secara keroyokan dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Pertahanan, Kementerian ATR/BPN, Kementerian BUMN, dan pemerintah daerah. Proyek lumbung pangan nasional sebenarnya bukan merupakan hal yang baru di Indonesia. Di era Presiden Soeharto, food estate pun pernah diluncurkan di Kalimantan Tengah yang sempat dikritik karena pembukaan lahan yang bisa mengakibatkan kerusakan hutan parah di Kalimantan.
Bukannya berhasil, justru malah proyek lumbung pangan saat ini malahan tidak berhasil secara optimal lantaran lahan gambut yang sulit digarap untuk daerah persawahan padi. Hutan Kalimantan pun sudah terlanjur mengalami kerusakan setelah adanya proyek terhenti. Kemudian, pada 2020 dikerjakan seluas 30.000 ha sebagai model percontohan. Lahan ini akan ada di Kabupaten Pulang Pisau seluas 10.000 ha dan Kapuas 20.000 ha. “Di sini misalnya pemupukan kita menggunakan drone, untuk membajak sawah memakai traktor apung.
Saya tanya tadi satu hari bisa berapa hektar? Operator mengatakan bisa 2 hektar. Inilah kecepatan,” terang Jokowi. Jokowi menerangkan, kunjungan ini dalam rangka meninjau food estate, proses olah tanah dan tanam padi, keramba ikan, serta peternakan bebek. “Jadi hari ini saya kembali lagi Provinsi Kalimantan Tengah khususnya sekarang ini ada di Kabupaten Pulang Pisau ingin memastikan dimulainya food estate,” ujar Jokowi. Selain itu, di kawasan yang sama akan dibuat pengembangan berbagai komoditas meliputi komoditas tanaman pangan, komoditas hortikultura, perkebunan dan peternakan, serta perikanan.
“Lumbung pangan ini mengkombinasikan antara sawah yang ditanam padi kemudian di pinggirnya ditanam jeruk, bawang merah, dan kelapa. Kita harapkan nanti hasil yang dihasilkan, petani bukan hanya padi tapi ada jeruk, kelapa dan yang lainnya,” terang dia. Jokowi mengatakan, kombinasi-kombinasi model bisnis akan diterapkan di kawasan food estate ini sebagai tahapan percontohan. Dengan begitu, ke depan bila upaya ini berhasil akan direplikasi di daerah lain. Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas memiliki hamparan lahan luas dan semuanya datar.
Menurutnya, kekayaan airnya melimpah dan tanahnya yang subur sehingga sangat sayang sekali jika tidak dimanfaatkan supaya lahan menjadi produktif. “Dengan cara-cara ini kita harapkan pendapatan petani akan naik, tidak hanya dari padi tapi juga dari jeruk, dari bawang merah, dari kelapa, dari ikan ditambah juga dari itik,” berikan Jokowi. Proyek Sawah strategis Secara terpisah, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, food estate merupakan salah satu Program Strategis Nasional 2020-2024 guna membangun lumbung pangan nasional. “Upaya ini dapat menciptakan lapangan kerja di pedesaan, pemberian perlindungan sosial, meningkatkan pendapatan keluarga petani, serta memastikan ketahanan pangan nasional,” ucap Syahrul.
Diam menyebutkan juga bahwa, pengembangan kawasan food estate di Kalteng dilakukan dengan teknologi optimalisasi lahan rawa secara intensif guna meningkatkan produksi dan indeks pertanaman (IP). Kawasan pengembangan food estate akan dibangun model bisnis korporasi petani dengan melibatkan kelompok tani di lahan per 100 ha, dan gabungan kelompok tani (Gapoktan) di lahan per 1000 ha. “Semua dalam bentuk hilirisasi dan semua industrinya harus dirancang dengan baik. Pengembangan lahan food estate ini merupakan model percontohan,” ungkap dia.
Menteri yang akrab disapa SYL ini juga menyebut, saat ini, khususnya pada masa pandemi Covid-19, sektor pertanian memberikan pertumbuhan positif sebesar 16,24 persen pada kuartal II (quarter to quarter). Oleh karena itu, diperlukan upaya khusus untuk tetap mempertahankan keamanan dan ketersediaan pangan demi terciptanya kondisi masyarakat yang damai dan sejahtera. Menurutnya, semua pihak harus bekerja keras dan bekerja sama dalam upaya penyediaan tambahan stok pangan nasional. “Semoga wabah ini segera berakhir dan aktivitas kembali normal, sehingga perekonomian masyarakat bangkit kembali,” tandas Syahrul.