Infogitu.com – Hadirnya varian sudah menyingkirkan tiga varian COVID-19 lainnya dari perhatian WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia. Diantaranya varian Alpha, Gamma dan Beta yang cuma mewakili sebagian kecil sampel diurutkan. Angka kasus COVID-19 di sebagian negara meningkat secara signifikan bahkan kabarnya itu karena varian Delta yang dianggap menjadi varian lebih kuat dan gampang menular dari varian lainnya. Tapi kini semua mata beralih ke dalam varian R.1 yang baru saja ditemukan di sebuah Panti Jompo Kentucky, AS (Amerika Serikat).
Sejumlah kasus COVID-19 varian baru yang merupakan dikenal dengan sebutan R.1 ini ditemukan di panti Jompo di Kentucky Amerika Serikat pada bulan Maret lalu. Andy Beshear Gubernur Kentucky menyatakan kalau wilayahnya menjadi diantara tiga negara bagian yang ada di Amerika Serikat tercatat mempunyai kasus infeksi COVID-19 varian ternama R.1 paling tinggi. Seperti kabar beredar di media sosial, laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS dari jumlah 199 pasien serta perawat di panti jompo ada 26 pasien kurang lebihnya.
Sementara itu ada 20 perawat terinfeksi COVID-19, sebanyak 28 spesimen diteliti sudah terjangkit COVID-19 dengan varian R.1. Kabarnya dampak penularan varian ini terhadap pasien tidak divaksin tiga kali akan jauh lebih tinggi dibanding mereka yang sudah melakukan vaksinasi. “Dampak penularan varian COVID-19 R.1 terhadap pasien tidak divaksin 3 kali sangat tinggi dari mereka yang sudah divaksinasi,” ungkap laporan dari CDC seperti yang dilansir dari CNN Indonesia.com baru-baru ini.
Sementara itu 90 persen para penghuni dari panti jompo dan juga 52 persen staf fasilitas itu sudah melakukan dua dosis vaksin COVID-19. Akan tetapi diantara mereka sudah divaksin hanya 2,4 persen serta 7,1 persen perawat tetap positif COVID-19. Dengan adanya data itu sudah membuat kekhawatiran masyarakat kalau misalnya antibodi vaksin COVID-19 tidak begitu efektif untuk bisa menghadapi varian COVID-19 terbaru R.1. Dilansir dari berbagai sumber, varian baru itu merupakan mengandung sejumlah mutasi diantaranya adalah D614G terbukti meningkatkan kemampuan menular.
Dimana, artinya terduga lebih jauh menular dibanding dengan varian lainnya walaupun butuh penelitian lebih lanjut untuk bisa memastikannya. Kini, WHO sendiri belum bisa memastikan kalau varian terbaru bernama R.1 yang pertama kali ditemukan di Jepang masuk ke dalam kategori varian of concern atau varian of interest. Varian baru untuk saat ini sudah masuk ke dalam ‘Variants Under Monitoring’ semula dikatakan ‘Alerts for Further Monitoring’. Varian ini pertama kalinya ditemukan di negara Jepang sehingga dikatakan sebagai varian berasal dari Jepang.
Sebagian laporan menyatakan bahwa varian terbaru R.1 sendiri pertama kali terdeteksi di negara Jepang. Varian ini sudah menginfeksi tiga anggota dari salah satu keluarga yang ada di Jepang. Satu diantara mereka yakni usianya sekitar 40 tahunan. Kemungkinan besar dapat menembus perlindungan antibodi terkait kehadiran varian baru ini, bahkan bagi mereka yang telah dilakukan vaksinasi penuh sekalipun. Dilansir dari Outbreak.info pertanggal 22 September 2021 kemarin terdapat 10.567 kasus R.1 yang dilaporkan terdeteksi di semua dunia.
Di negara Amerika Serikat kasus Covid-19 varian baru bernama R.1 ini tercatat sudah sebanyak 2.259. Sementara untuk negara yang sudah mengeluarkan varian baru, Jepang sudah sebanyak 7.519 kasus. Hingga sejauh ini dua negara itulah sudah memimpin sebagai salah satu negara dengan mempunyai varian R.1 paling banyak. Walaupun total infeksinya rendah, namun sang mantan professor Harvard Medical School, William A Haseltine sendiri sudah menyakinkan kalau mutasi baru bernama R.1 akan lebih jauh gampang menyebar luas, dibanding dengan lainnya.
Walaupun seperti itu, hingga saat ini masih belum dapat mengalahkan varian Delta hal ini menurut mantan professor Harvard Medical School. “R.1 walaupun sudah menyebar tidak benar-benar menyaingi varian delta secara serius,” ungkap William A Haseltine dilansir dari Prevention pada hari Kamis 23 September 2021 kemarin.
Untuk itu di negara bagian Maryland sendiri sudah tercatat jumlah kasus paling tinggi dengan sebesar 399 terdeteksi sejak varian pertama kali hadir di wilayah tersebut.
Discussion about this post