Situasi pandemi Corona yang terjadi di tanah air dan berbagai negara lainnya seolah membalikkan keadaan yang dialami oleh setiap orang. Penyebaran virus Corona pun telah menjadi ketakutan terbesar banyak orang, kekhawatiran, marah, sedih, bahkan sudah lumrah kalau banyak orang yang merasakan pengaruh emosi serta pikiran negatif sangat mempengaruhi kinerjanya. Tentu hal tersebut terjadi lantaran situasi terjadi tanpa terbayangkan sama sekali. Perasaan – perasaan dan emosi negatif telah menumpuk menjadi satu dan terkadang menjadi hambatan yang berlebihan, serta dapat berdampak pula pada psikologis dan fisik seseorang.
Ada yang mengatakan bahwasanya perasaan dan pikiran negatif berlebihan yang dialami oleh seseorang dapat mempengaruhi organ tubuh dan dapat menjadi permasalahan serius mengenai tingkat kesehatan seseorang. Namun, benarkah hal tersebut terjadi? Ahli kesehatan jiwa, yakni dr Dharmawan SpKJ, telah membenarkan adanya pemberitaan tersebut bahwa seseorang yang sedang menyimpan emosi atau amarah negatif berlebihan dapat menyebabkan stress atau berpikiran negatif tersebut akan mengganggu kesehatan organ didalam tubuh.
“Ya, karena akan meningkatkan hormon stress, yakni hormone kortisol dan dapat mengaktifkan sistem saraf otonom yang akan merangsang adanya adrenalin dan noradrenalin, sehingga tekanan darah seseorang akan naik dan agregasi trombosit pun ikut naik, aterosklerosis juga akan naik,” Ujar Dharmawan saat dihubungi langsung dari sumber Kompas.com, pada Jumat, 13 November 2020 lalu. Namun, apa itu kortisol? Kortisol merupakan salah satu hormone steroid yang dibuat pada kelenjar adrenal. Sehingga, sebagian besar sel tersebut aka nada didalam tubuh dan memiliki reseptor kortisol. Oleh karena itu, hormon kortisol tersebut lah yang akan ikut mempengaruhi fungsi tubuh jika mengalami stress atau emosi negatif yang berlebihan.
Bukan hanya itu saja, Dharmawan pun menyebutkan bahwasanya hormon stress kortisol ini akan memicu berbagai macam penyakit psikosomatik, seperti penyakit asma, neurodermatitis, serangan jantung, stroke, atau pun autoimun yang mudah sekali terkena suatu infeksi. “Kortisol juga dapat menurunkan tingkat imunitas seseorang dan dapat pula meningkatkan gula darah lantaran diabetes tidak dapat terkendali dengan benar,” ucapnya kembali.
Psikosomatik
Melansir langsung dari sumber Britannica, menyebutkan bahwasanya gangguan psikosomatik atau yang lebih dikenal dengan jenis gangguan psikofisiologis merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami tekanan psikologis yang dapat berdampak buruk pada fungsi fisiologis atau somatik dan dapat menyebabkan titik stress semakin menjadi – jadi. Hal ini terjadi lantaran berdampak pada suatu kondisi disfungsi atau suatu kerusakan struktural pada suatu organ tubuh melalui aktivasi yang tidak tepat dari sistem saraf tidak sadar serta kelenjar sekresi internal.
Maka dari itu, gejala psikosomatis ini akan muncul apabila penyerta fisiologis mengalaminya dari keadaan emosional. Sebagai contoh, seseorang sedang dalam keadaan marah, maka tekanan darah orang tersebut juga akan cenderung meningkat dan denyut nadi serta frekuensi pun akan meningkat tajam. Ketika seseorang yang mengalami marah kemudian tidak marah, maka proses fisiologis di dalam diri yang tadinya meningkat, lama – kelamaan akan melambat menjadi mereda dan dapat berfungsi normal kembali.
Namun, jika orang tersebut memiliki agresi yang terus menerus terhambat lantaran mengalami amarah kronis, yang tidak dapat diungkapkan secara terbuka dan harus memendamnya, maka keadaan emosional tersebut tidak akan berubah. Dharmawan pun mengatakan bahwasanya gejala seseorang mengalami penyakit psikosomatik, yakni terlihat dari penyakit intinya terlebih dahulu. “Gejala akan sesuai dengan nama penyakitnya, intinya karena permasalahan psiko jadi pengaruh pada kelainan di somatik atau badan” ujar Dharmawan.
Mengurangi Dahulu Kadar Kortisol
Untuk mencegah hormon stress kortisol meningkat tajam, Dharmawan telah menyebutkan bahwasanya hal ini dapat dilakukan dengan mengelola stress yang sedang dialami. “Ya jangan stress, perlu sekali pengelolaan stress karena stress adalah suatu reaksi emosi terhadap persepsi yang kita rasakan. Persepsi atas suatu kejadian baik di diri atau lingkungan sekitar kita,” ujar Dharmawan.
Seperti yang telah kami lansir langsung dari sumber Kompas.com, menyebutkan bahwasanya ada suatu cara untuk mengurangi kadar kortisol, yakni dengan mengkonsumsi berbagai makanan dengan kandungan nutrisi yang seimbang, rutin melakukan olahraga yang ringan, memiliki waktu istirahat dan waktu tidur yang normal 7 – 9 jam permalam nya, menghabiskan waktu luang di suatu destinasi wisata alam terbuka, dan mulailah melakukan latihan pernafasan. Tentu saja segala jenis cara tersebut dapat bermanfaat untuk kesehatan fisik maupun kesehatan mental.
Itulah sebabnya dibutuhkan suatu cara tepat agar suatu emosi yang sedang dirasakan tidak dapat menyebabkan permasalahan pada kesehatan tubuh. Bukan hanya itu saja, memiliki waktu tidur yang cukup pun rupanya telah menjadi pengobatan interogatif, karena kurangnya waktu tidur dapat menyebabkan rasa cemas, ledakan emosi yang dapat terjadi kapan saja, hingga stress. Selagi anda bisa menjalani suatu hal yang dapat membawa dampak kesehatan menjadi membaik, mengapa tidak melakukannya sejak dini? Karena, pengaruh emosi akan mempengaruhi bagaimana fungsi organ tubuh anda berjalan normal dan melakukan berbagai kegiatan pun tidak ada suatu kendala yang merugikan.