infogitu.com – Kebudayaan suku Aceh bisa kita pelajari dari kesenian, tradisi dan juga ciri khasnya. Sedangkan suku Aceh sendiri mendiami Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan mempunyai julukan sebagai Serambi Mekkah. Suku Aceh sendiri menamakan diri mereka dengan beberapa macam nama, diantaranya seperti Akhir, Atse, Achin, Asji, dan lainnya. Berasal dari keturunan suku-suku sekitar Pulau Sumatera dan terbentuk suku sejak masa Pleistosen. Tak heran apabila banyak budaya di Aceh yang harus kamu ketahui nih sebelum menginjakkan kaki di daerah ini!
Apa Saja Budaya di Aceh yang Bisa Kamu Ketahui?
Sama halnya seperti suku lainnya yang ada di Indonesia, dimana suku Aceh juga tentunya mempunyai beberapa macam budaya tradisi upacara adat yang masih dilakukan sampai sekarang. Di provinsi ini, diketahui bahwa ada 13 suku dan 11 bahasa daerah. Mayoritas penduduk di sana yakni beragama Islam. Jadi tidak heran apabila provinsi ini dijuluki sebagai Serambi Mekkah. Budaya maupun tradisi adat di sana tentunya tidak lepas dari budaya-budaya Islam. Nah, berikut dibawah ini adalah beberapa budaya tradisi adat masyarakat Aceh dengan nuansa Islam.
Melalui tradisi inilah, dimana sang keluarga pria akan mengantarkan makanan khas dari Aceh seperti halnya buah-buahan, buleukat kuneeng, bahkan hingga perhiasan. Tradisi ini sendiri diyakinkan kalau sudah dipengaruhi oleh adat istiadat berasal dari India dan Arab. Disebabkan menjadi kelanjutan dari proses lamaran biasa dikenal sebagai istilah Ba Ranup. Apabila lamaran diterima, pihak keluarga dari pria akan melakukan peukong haba, atau lebih tepatnya adalah pembicaraan tentang meugatib atau kapan pernikahan bisa dilangsungkan, jenis dan jumlah mahar bahkan berapa jumlah tamu yang akan diundang.
Tradisi ini ditandai oleh warga berduyun-duyun menuju ke sebuah sungai, pantai, atau tempat lainnya. Tujuannya sendiri buat sekadar menggelar makan bersama dan doa. Inti dari tradisi ini adalah doa bersama dipimpin seorang teungku. Di sebagian daerah bahkan ada aktivitas mandi kembang bersama juga. Apa sih tujuannya? Yakni membuang semua aura negatif, sementara tradisi Tulak Bala menjadi sebuah tradisi masyarakat Aceh diadakan satu tahun sekali. Tepatnya pada bulan Safar, sesuai dengan cerita masyarakat, sebagian penduduknya sendiri yakin kalau bulan Safar identik akan cuaca pancaroba atau cuaca tidak menentu mempunyai aura kurang baik
Selanjutnya adalah Khanduri Pang Ulee sebelum berlangsungnya acara ini, dimana ibu-ibu menyediakan kue-kue, baik makanan buat dibawa ke masjid, maupun lapangan. Menjadi sebuah perayaan Maulid Nabi, dimana penduduk Aceh sendiri memiliki tradisi lumayan khas. Hal paling menariknya dari acara ini sendiri adalah apabila makanan disuguhkan tersisa, maka para pengunjungnya wajib membawa pulang sisa makanannya lho! Sedangkan buat masing-masing tikar telah tercantum nama gampong atau tamu bisa duduk sesuai nama gampongnya.
Peutron Aneuk adalah tradisi dipimpin oleh pemuka agama di sampingnya ada sari kurma, air zam zam, buah-buahan, dan termasuk ayam panggang. Setelah dibacakan doa-doa, maka bayi itu dicicipi oleh beragam rasa ke lidahnya bertujuan indera perasanya sensitif. Peutron Aneuk menjadi sebuah tradisi atau budaya Aceh menyambut kelahiran bayi. Setelah anak pada umur 44 hari, 3 bulan, 5 bulan, hingga 7 bulan maka tradisi ini bisa digelar. Penduduk setempat meyakinkan kalau bayi belum menerapkan tradisi itu lebih baik tidak keluar dari rumah dahulu.
Peusijuek adalah tradisi yang ada di Aceh terakhir dapat kamu ketahui, Peusijuek sebuah memohon perlindungan atau ungkapan syukur olehnya. Pada tradisi Peusijuek sendiri alat atau bahan selalu ada dalong berfungsi menjadi tempat buat meletakkan bahan-bahan dalam tradisi ini. Biasanya Peusijuek dilakukan pada serangkaian tradisi adat lainnya seperti syukuran, pernikahan dan lain-lain. Secara harfiah, Peusijuek sendiri diambil dari sijue yang berarti “dingin”. Diharapkan bisa memberikan ketenangan, keberkatan, dan keselamatan.
Nah itulah beberapa budaya di Aceh yang bisa kamu ketahui sebelum menginjakkan kaki do di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini, dari mulai Jak ba Tanda, Tulak Bala, Khanduri Pang Ulee, bahkan hingga Peusijuek sekalipun.