Seperti yang dilansir dari sumber berita Detik.com, Aktivitas Gunung Merapi yang mengeluarkan asap tebal setinggi 250 meter pagi ini, Kamis (26/11/2020). Penjelasan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut bahwa keluarnya kepulan asap dari Merapi merupakan hal yang wajar dengan status sudah meningkat. “Emisi asap gunung api merupakan hal yang sangat wajar. Kebetulan cuaca cerah sehingga bisa terlihat dari bawah,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat mengetahui adanya pantauan dengan kepulan asap tebal tersebut. Aktivitas itu wajar karena Merapi saat ini berada pada level aktivitas tingkat siaga. Kepulan asap Merapi itu ada karena adanya pergerakan gas yang akan menuju permukaan.
“Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 250 m di atas puncak kawah Gunung Merapi. Suara guguran terdengar 2 kali dari Babadan dan Jrakah gemuruh sedang hingga keras,” paparnya. Selain itu, aktivitas kegempaan Merapi juga tercatat sudah sebanyak 15 kali gempa guguran material pada gunung dan 20 kali adanya gempa hembusan. Sementara ada 64 kali gempa fase yang sangat banyak dan gempa vulkanik dangkal sebanyak 6 kali. Sebelumnya dikabarkan adanya kubah lava yang runtuh, pantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan sebagian dari kubah lava 2018 sebagian telah runtuh.
Hal ini berdasarkan dari sebuah data analisis morfologi area kawah pantauan foto sektor tenggara tanggal 19 November 2020, sehingga yang dibandingkan dengan foto tanggal 11 November 2020. Kepala BPPTKG Hanik Humaida telah mengungkapkan, selain kubah lava 2018 yang runtuh, berdasarkan analisis foto drone tanggal 16 November 2020 yang teramati adanya perubahan morfologi dinding kawah dari akibat runtuhnya lava lama, terutama lava 1888 (barat), lava 1998, lava 1997 (selatan) dan lava 1954 (utara).
Aktivitas Gunung Merapi Semakin Meningkat, Jalur Evakuasi Masih Rusak
Di tengah kondisi status Aktivitas Gunung Merapi yang ditingkatkan menjadi Siaga (Level III), kondisi jalur evakuasi erupsi di Kelurahan Glagaharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ternyata masih dalam kondisi yang rusak. Begini penampakannya. Ruas jalur evakuasi sepanjang 3,1 kilometer di wilayah Kelurahan Glagaharjo Sleman Masih terpantau dalam kondisi yang rusak.
Titik kerusakan terjadi ada di dua ruas jalur evakuasi warga, tepatnya di jalur penghubung antar 3 dusun yaitu Dusun Suruh dengan Dusun Singlar dan jalur evakuasi di Dusun Banjarsari. Level kerusakan dua ruas jalur evakuasi sudah tergolong parah, untuk jalur evakuasi Singlar-Suruh kerusakan jalur mencapai 60 persen. Sementara untuk ruas Glagaharjo-Banjarsari hampir keseluruhan dengan kerusakan 100 persen. “Jalur evakuasi di lereng Merapi tepatnya penghubung Suruh dan Singlar rusak sepanjang 1,2 kilometer. Lalu dari Glagaharjo ke arah Banjarsari rusak 1,9 kilometer,” jelas dari warga Cangkringan Gani Saat ditemui di jalur evakuasi Suruh-Singlar, Jumat sore (6/11/2020).
Pengajuan perbaikan telah dikeluarkan untuk kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Kawasan Permukiman (DPUKP). Sangat disayangkan permintaan ini belum ada tanggapan sampai saat ini. Padahal kerusakan jalur sudah 10 tahun yang lalu. Padahal jalur ini merupakan jalur evakuasi utama, tepatnya bagi warga Dusun Srunen, Dusun Kalitengah Kidul dan Dusun Kalitengah Lor yang memiliki jumlah warga sebanyak 1.200 jiwa. “Akan crowded saat diminta untuk mengungsi, sementara jalur evakuasi belum siap. Kalau melewati jalur Kikis (Klaten Jawa Tengah) justru bisa terjadi penumpukan, karena itu juga jalur evakuasi dari wilayah Klaten,” katanya. Perbaikan untuk jalur Evakuasi, lanjutnya, tak harus taraf berat. Cukup dengan menambal jalan dengan kerusakan pada aspal.