infogitu.com – Semenjak krisis ekonomi global menyerang total negara pengangguran tertinggi di dunia terus mengalami penurunan. Bank Dunia sendiri turut mencatatkan tingkat pengangguran global meningkat, sebelumnya adalah 5,35 persen tepatnya pada tahun 2019 silam ke 6,57 persen di tahun selanjutnya, 2020. Ini semua karena faktor pandemi virus corona atau COVID-19 menimbulkan gelombang PHK atau pemutusan hubungan kerja.
Akan tetapi, seiring pandemi mulai reda dimana perekeomian juga langsung pulih secara perlahan-lahan dan termasuk tingkat pengangguran dunianya langsung menurun ke dalam level 6,17 persen di tahun 2021 silam tepatnya. Meski begitu, namun masih ada sebagian negara tingkat pengangguran paling tinggi yang ada di dunia. Kali ini kami akan memberikan negara manakah tingkat pengangguran paling tinggi di dunia.
Botswana
Tingkat pengangguran negara pertama ini adalah Botswana, tingkat penganggurannya sendiri di dua tahun terakhir semenjak pandemi virus corona mulai meningkat. Bagaimana tidak? Karena hal ini sendiri disebabkan negara Botswana memiliki tingkat pengangguran paling tinggi yang ada di dunia mencapai hingga 24,72 persen maupun peringkat ke lima. Ekonomi negara ada di Benua Afrika ini sendiri bahkan turut mengandalkan perdagangan nikel, intan, daging, dan termasuk tembaga sekalipun.
Afrika Selatan
Sepertinya Afrika Selatan tidak heran jika masuk ke dalam tingkat pengangguran paling tinggi. Pasalnya, Bank Dunia memberikan catatan bahwa negara satu ini menjadi negara mencapai 33,56 persen di tahun 2021 silam untuk tingkat penganggurannya tersebut. Dimana, tingkat pengangguran ini disebabkan oleh banyaknya penduduk di PHK sama halnya seperti negara sebelumnya. Hal ini tentunya karena tekanan pandemi virus corona COVID-19. Totalnya semakin meningkat ketika kuartal II dan kuartal III di tahun 2021 silam.
Tepi Barat Jalur Gaza
Jika negara Afrika Selatan, Botswana mengalami negara pengangguran tertinggi ada di dunia karena salah satunya adalah pandemi virus corona. Maka negara di tepi Barat Jalur Gaza ini dikarenakan dampak peperangan antara Israel dan Palestina. Peperangan itulah mengakibatkan ekonomi Tepi Barat Jalur Gaza jadi terpuruk. Tak cuma itu saja, bahkan pertumbuhan di dalam ekonomi di daerah ini sendiri mengalami minus sebesar 5,4 persen yang terjadi di tahun 2021 silam.
Maka dari itu, kondisinya berdampak di dalam tingkat pengangguran di daerahnya itu. Namun, Tepi Barat Jalur Gaza sendiri menjadi negara mempunyai tingkat pengangguran paling tinggi yang ada di dunia mencapai hingga 24,9 persen, baik itu ada di peringkat keempat tepatnya.
Djibouti
Menduduki negara selanjutnya memiliki pengangguran paling tinggi di dunia dengan total setidaknya mencapai 28,39 persen. Diketahui, Djibouti mempunyai perekonomian banyak ditopang oleh jasa-jasa penyewaan tanah dan termasuk jasa pelabuhan untuk markas besar dari pasukan-pasukan asing. Selain itu, industri di dalam pelabuhan Djibouti sendiri menjadi industri mengalami dampak terjadinya pandemi virus corona atau COVID-19 disebabkan terbatasnya akan mobilitas.
Gabon
Gabon sebenarnya salah satu negara kaya akan minyak bumi, tambang, kayu, besi, dan termasuk gas sekalipun. Akan tetapi, kekayaan dari Gabon sendiri cuma bisa dinikmati oleh beberapa penduduknya saja. Tentunya, ini sangat berpengaruh membuat gini ratio mencapai hingga level ke 38 di negaranya itu. Tak cukup disitu saja, bahkan negara Gabon sendiri menduduki tingkat pengangguran tinggi ada di dunia di peringkat ke delapan yakni setidaknya 22,26 persen.
Eswatini
Tidak cuma Gabon, Djibouti, dan negara sebelumnya saja, melainkan negara kali ini adalah Eswatini. Eswatini menjadi negara dengan tingkat pengangguran paling tinggi yang ada di dunia. Pasalnya, dia sudah mencapai hingga 25,76 persen dan hal ini terjadi pada tahun 2021 silam. Negara terkenal sistem pemerintah kerajaan memang mempunyai tingkat kesenjangan ekonomi lumayan tinggi senilai 54,6 persen yang terjadi pada tahun 2016 silam,. Jadi tidak heran apabila Eswatini masuk ke dalam urutan negara pengangguran tertinggi di dunia.
Tingkat pengangguran terlalu rendah bukan berarti baik, hal ini tentunya bisa saja menimbulkan terjadinya dampak seperti halnya inflasi berpotensi naik lebih jauh cepat disebabkan semua orang memiliki kemampuan buat konsumsi sejalan.